ID
Home    Life    Menilik Hubungan-Hubungan Perempuan dari Buku Woe-Man Relationship karya Audian Laili

Menilik Hubungan-Hubungan Perempuan dari Buku Woe-Man Relationship karya Audian Laili

26 Aug 2023 09:34 WIB
Margo Creator Rani Fibrianti
Rani Fibrianti

Bagaimana pun perasaan dan pikiranmu soal relationship, buku karya Audian Laili yang satu ini bisa menjadi teman bahkan jawaban atas kebingunganmu mengenai hubungan perempuan. Seluk beluk hubungan perempuan, baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dibahas dalam kumpulan esai buku Woe-Man Relationship: Perempuan dengan Segala Hubungannya. Asumsi mengenai perempuan yang kerap didengar setiap hari dibahas secara objektif dengan sudut pandang berbeda sehingga pembaca akan diajak untuk berpikir terbuka.
Buku berjudul Woe-Man Relationship: Perempuan dengan Segala Hubungannya karya Audian Laili diterbitkan oleh Buku Mojok pada 2020. Isi Buku ini terdiri atas lima bab esai, berisi hal-hal yang sering dihadapi perempuan, yaitu pacaran, putus, menikah, self love, dan suara perempuan. Dalam satu bab terdiri atas beberapa esai dengan topik yang relevan dialami perempuan zaman sekarang sehingga pembaca, khususnya perempuan, seolah diajak bercengkerama dengan hal-hal yang dihadapinya.
Berikut tiga hal menarik dalam buku Woe-Man Relationship: Perempuan dengan Segala Hubungannya.

Pacaran, hubungan tak bergaransi?

Buku Woe-Man Relationship

Pacaran yang ideal itu selalu bahagia setiap hari? Tentu saja tidak. Pacaran bukan hanya melulu soal kencan, malam mingguan, atau terus jalan-jalan hingga hubungannya pun jalani aja. Ups. Sayangnya sebagian orang yang pacaran menganggap keromantisan yang didapat setiap hari merupakan relationship goals. Padahal pacaran tidak menjamin hal itu, bukan? Bahkan, orang-orang yang sudah menikah pun belum tentu bahagia setiap saat, pasti akan menghadapi masalah dan perasaan-perasaan buruk lainnya. Hati-hati dengan ekspektasi bahwa pacaran hanya berisi kasmaran dan bahagia saja. 

Audian Laili, melalui tulisannya, mencoba membahas hubungan yang wajar dalam pacaran, termasuk mengenai keuangan. Pasangan yang baru pacaran juga tidak ada salahnya untuk terbuka soal keuangan supaya satu sama lain dapat dengan mudah mengutarakan keinginan manajemen keuangan atau saling mengingatkan mengelola keuangan dengan baik. Namun, akan menjadi red flag apabila pasangan mengambil semua pendapatan untuk dikelola sendiri. Hal ini bisa menjadi kekerasan ekonomi karena hak untuk mengelola uang sendiri diambil alih begitu saja oleh pasangan. 

Perempuan tak pernah salah jika menginginkan pasangan yang kaya, tetapi perempuan juga harus berani untuk tidak selalu bergantung kepada pasangan. Perempuan juga tidak ada salahnya apabila menolak makan di pinggir jalan dengan alasan kenyamanan dan kebersihan. Mereka bukan perempuan matre, tetapi perempuan yang mengutamakan kebutuhannya mengenai kenyamanannya selama makan. Lagi pula, apabila mengajak makan di pinggir jalan dengan alasan lebih murah, mengapa tidak masak di rumah saja?

Putus, mengapa kenangan bersamanya tak kunjung pupus?

Broken Heart

Asumsi mengenai melupakan setelah putus cinta pun dibahas dengan perspektif bahwa seharusnya perempuan menyelesaikan masalahnya, bukan hanya melupakan, apalagi menghukum diri sendiri. Kenangan tentu takkan bisa hilang begitu saja dari ingatan, yang perlu dilakukan pun bukan melupakannya, tetapi berdamai dan menerima semua kenangan dan menerima emosi ketika kenangan itu teringat secara sadar dan ikhlas. Jika masih merasa sedih dan ingin menangis saat mengingat kenangan itu, jangan pernah menyangkal emosinya, bersedihlah dan menangislah, kemudian berikan afirmasi positif kepada diri sendiri, bukan malah terus terpuruk.

Pernikahan, haruskah mewah?

Simple Wedding Background

Penulis juga membahas mengenai asumsi-asumsi pernikahan yang kerap dihadapi perempuan yang menyebabkan overthinking dan stres. Tak ada salahnya jika menikah dengan pesta yang mewah ataupun sederhana. Pernikahan yang mewah dan sederhana adalah pilihan pengantin dan keluarganya. Mewah dan sederhana tidak ada salahnya apabila momen sakralnya tetap terjaga, bukan? 

Para pembaca diajak untuk membuka pikiran bahwa menikah bukan satu-satunya cara untuk bahagia selamanya. Memutuskan menikah berarti siap dengan segala permasalahan baru di dalamnya, baik masalah ekonomi, keluarga, hingga keputusan untuk memiliki anak atau tidak. Jadi, ketika kamu lelah kuliah, skripsian, atau kerja, yakin mau menyerah dan memilih menikah saja?

Tags: Life book bookreview relationship reading
Other Stories