EN
Home    News    Akankah Kebijakan WFH Bisa Jadi Solusi Polusi Udara Jakarta yang Kian Memburuk?

Akankah Kebijakan WFH Bisa Jadi Solusi Polusi Udara Jakarta yang Kian Memburuk?

08 Sep 2023 15:42 WIB
Margo Creator Sefya Dian
Sefya Dian

Saat ini kualitas udara di Jakarta cukup mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, polusi udara kini menjadi perbincangan publik di jagad media sosial.

Tak hanya persoalan kenyamanan, kualitas udara Jakarta yang kian memburuk dapat mengancam kesehatan masyarakat khususnya potensi penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Berdasarkan informasi dari laman pemantau kualitas udara IQAir pada Kamis (24/8/2023) pukul 09.00, tercatat bahwa Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai angka 160.

Dengan angka tersebut, Jakarta juga menjadi kota dengan tingkat polusi tertinggi di peringkat kedua dunia, berada di posisi di bawah Dubai, Uni Emirat Arab.

Data ini menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta menjadi ancaman besar kesehatan. Tidak jarang publik dan beberapa pihak menginginkan kebijakan bekerja dari rumah atau WFH untuk bisa meredam dampak polusi udara.

Namun, apakah kebijakan WFH bisa menjadi solusi efektif permasalahan polusi udara di Jakarta?

Sumber Polusi Udara di Jakarta

Sumber Polusi Udara di Jakarta: Gas Emisi PLTU

Dilansir dari CNN Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menguraikan beberapa penyebab utama polusi udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kualitas udara yang buruk terjadi akibat sejumlah faktor, mulai dari lalu lintas kendaraan hingga sektor energi seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Kondisi udara yang tidak baik ini merupakan hasil dari akumulasi berbagai aktivitas manusia, termasuk penggunaan kendaraan bermotor dan operasi PLTU.

Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta pada tahun 2020, sumber polusi udara di Jakarta dapat diidentifikasi sebagai berikut:

  • Transportasi (67,04 persen): Lalu lintas kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar polutan udara di Jakarta.
  • Industri (26,8 persen): Kegiatan industri juga berkontribusi besar terhadap buruknya kualitas udara, dengan emisi berbagai zat berbahaya dari pabrik-pabrik.
  • Pembangkit Listrik (5,7 persen): Sumber energi seperti PLTU juga ikut serta dalam pencemaran udara dengan emisi gas buangnya.
  • Perumahan (0,42 persen): Meskipun kontribusinya lebih kecil, polusi dari sektor perumahan tetap berpengaruh terhadap kualitas udara.
  • Komersial (0,02 persen): Aktivitas komersial juga memberikan kontribusi minor terhadap polusi udara di Jakarta.

Akankah Kebijakan WFH Bisa Jadi Solusi Polusi?

Pencemaran Udara Akibat Kendaraan

Menanggapi problematika polusi udara, Pemprov DKI Jakarta memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk sebagian Aparatur Sipil Negara (ASN) sejak Senin, 21 Agustus 2023.

Kebijakan ini memiliki tujuan dalam rangka menurunkan pencemaran polusi udara di Jakarta. Namun, akankah kebijakan WFH bisa jadi solusi efektif?

Ahmad Safrudin,Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), mempertimbangkan bahwa penerapan kebijakan WFH  tidak akan memberikan hasil yang efisien dalam mengurangi polusi udara di Jakarta.

Safrudin berpendapat bahwa tindakan yang lebih efektif dalam mengatasi masalah pencemaran udara di Jakarta adalah dengan menutup sumber emisi, khususnya pada knalpot kendaraan, cerobong pabrik, dan cerobong Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Selain itu, Safrudin juga menegaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk mendorong penduduk agar lebih banyak menggunakan transportasi umum dan membatasi penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta.

Apa Langkah Strategis Atasi Polusi Udara?

Jakarta Bebas Polusi Udara?

Langkah-langkah strategis untuk mengatasi polusi udara memang memerlukan pendekatan komprehensif. Dalam hal ini, transisi menuju energi bersih menjadi kunci, yakni memprioritaskan penggunaan energi terbarukan serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Oleh sebab itu, peningkatan transportasi berkelanjutan menjadi langkah penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membangun sistem transportasi umum yang efisien, mendorong penggunaan kendaraan listrik, dan menyediakan fasilitas untuk bersepeda atau berjalan kaki.

Penerapan regulasi dan standar ketat terkait emisi dari industri dan kendaraan juga diperlukan untuk mengendalikan polusi udara.

Selain itu, pengembangan ruang terbuka hijau di perkotaan dapat membantu menyaring udara dan memberikan lingkungan yang lebih sehat.

Namun, upaya tersebut akan sia-sia jika tidak diiringi oleh kesadaran masyarakat tentang dampak polusi udara dan perubahan perilaku menuju pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Kesimpulan:

Jadi, apakah kebijakan WFH bisa jadi solusi polusi udara di Jakarta? Jawabannya adalah kebijakan WFH hanyalah opsi. Opsi untuk menekan dampak polusi udara di Jakarta. Untuk mengatasi problematika polusi udara, memang diperlukan langkah-langka strategis dan komprehensif seperti melakukan pengendalian emisi industri dan kendaraan. 

Tags: News Life Polusi WFH Jakarta Gas Emisi Udara Jakarta
Other Stories